Kajian al-Hikam (73) : Menyimpan Rahasia Ruhani

NU Bogor -

Kajian al-Hikam 73
Menyimpan Rahasia Ruhani

مَنْ رَاَيْتـَهُ مُجِيْباً عنْ كُلِّ ماَ سُـءِـلَ وَمُعَبَِّراً عَنْ كُلِّ مَا شـَهِدَ وَذاكِراً كُلَّ ماَ علمَ فاَسْتَدِلَّ بذَٰ لكَ عن وجُودُ جَهلِهِ

"Barangsiapa melihat seseorang yang selalu menjawab segala pertanyaan, dan mengungkapkan segala sesuatu yang telah dilihat oleh mata hatinya (syuhud) dan menyebut segala apa yang diingat. Maka ketahuilah bahwa sikap demikian itu sebagai pertanda kebodohannya.''

Maqalah diatas menjelaskan soal etika dan adab sebagai seorang salik dalam mengalami dan merasakan pengalaman ruhani atau spiritual yaitu dengan menyembunyikan pengalaman spiritual, lalu dijadikan sebagai dhauq yaitu rasa yang dirasakan dan diketahui oleh dirinya dan Allah. Hanya diperbolehkan mentahqiqkan pengalaman spiritualnya kepada pembimbing ruhani supaya mendapatkan penjelasan secara tepat dan benar. Namun jika pengalaman ruhani tersebut disampaikan kepada publik dapat menjadi tidak baik karena dapat menodai kebeningan dan kejernihan hati. Sikap yang demikian sebagai pertanda kebodohan dirinya.

Karena itu, mari berhati-hati dalam berbagi pengalaman ruhani sekiranya tidak bermanfaat dan mendatangkan madharat maka lebih baik disimpan sendiri sebagai rahasia yang tersembunyi. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam menapaki tangga-tangga spiritualitas yang semakin terjal dan licin.

DR. KH. Ali M. Abdillah, MA

al-Rabbani Islamic College, Nagrak, Gunungputri, Bogor

0 Komentar