Kajian al-Hikam (65) : Taat sebagai Anugerah Allah

Dr. KH. Ali M. Abdillah MA
NU Bogor -

Kajian al-Hikam 65
Taat sebagai Anugerah Allah

لاَ تـُفـْرِ حُكَ الطَّاعَةُ لاَنَّهاَ بَرَزَتْ منكَ، وَافرَحْ بِهاَ لاَنَّهاَ بَرَزَتْ مِنَ اللهِ ِاليكَ. قـُلْ بِفَضلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فبذٰ لكَ فَليَفْرَحُوا هُوَ خيرٌ مِمَّا يجمَعُونَ
"Jangan dirimu merasa senang dalam melakukan ketaatan sebab kamu melihat ketaatan tersebut bersumber dari dirimu. Tetapi bersenanglah  atas ketaatan yang kamu lakukan karena ketaatan tersebut hakikatnya bersumber dari Allah yang diberikan kepadamu. Ingat firman Allah, katakanlah dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya karena itu sebagai karunia maka mereka bergembira. Itulah yang lebih baik dari apa yang dapat mereka kumpulkan'. (QS. Yunus 58.)"

Maqalah diatas menjelaskan tentang sikap dalam melakukan ketaatan. Banyak sekali orang yang senang melakukan ketaatan bahkan membanggakannya karena ketaatan tersebut sebagai upaya dirinya sehingga tidak merasa itu sebagai anugerah Allah. Sikap demikian muncul karena didasari dominannya keakuan diri dalam melaksanakan ibadah. Itulah sikap orang yang terhijab dalam memandang hakikat ketaatan.

Adapun sikap yang benar dalam melaksanakan ibadah yaitu senantiasa memandang Allah dalam ibadah dan ketaatan. Seperti bisa melaksanakan shalat berjamaah ini harus dipandang bahwa ini sebagai  anugerah Allah yang diberikan kepadanya bukan kemampuan dirinya. Jika sudah mampu memandang Allah sejak sebelum melakukan ketaatan hingga selesai maka akan sirna keakuan dirinya yang ada hanya Allah dalam ketaatan. Jika bisa bersikap demikian maka akan mudah bersikap tawadhu' yaitu merasa rendah hati dan tidak merasa lebih dari yang lain. Inilah buah dari sikap dan keyakinan yang benar dalam melaksanakan ketaatan dan ibadah.

Semoga Allah senantiasa memberikan anugerah kepada kita dapat memandang Allah dalam tiap melakukan ketaatan.

Dr. Ali M. Abdillah MA
Al-Rabbani Islamic College

0 Komentar