Kajian al-Hikam (61) : Amal yang diterima

Dr. KH. Ali M. Abdillah MA
NU Bogor -

Kajian al-Hikam 61
Amal yang diterima

لاَعمَÙ„َاَرْجٰىللِْقبُولِمنعملٍÙŠَغيْبُعَنكَØ´ُÙ‡ُودُÙ‡ُÙˆَÙŠُحتَÙ‚َرُّعَÙ†ْÙƒَÙˆُجوُدُÙ‡ُ
''Tidak ada amal yang dapat diharapkan diterima oleh Allah (cirri-cirinya) yaitu amal yang diabaikan (tidak dilihat) dan diremehkan."

Maqalah di atas menjelaskan bahwa mencapai kualitas amal yang ikhlas itu sangat sulit, karena diperlukan kejernihan hati dan niat yang tulus. Seringkali orang beramal masih menyimpan lintasan tujuan selain Allah, bahkan semangat dalam beramal masih didasari oleh tujuan-tujuan yang belum karena Allah, seperti semangat shalat berjamaah di masjid hanya sekedar tidak enak sama tetangga, atau terlintas ingin mendapatkan pujian dari orang lain, apalagi niat jamaahnya di masjid ada tujuan politik. Maka amal yang demikian sangat sulit mencapai keikhlasan. Namun demikian, berjamaah di masjid memiliki keutamaan yang istimewa harus tetap dilakukan, yang paling penting yaitu menghilangkan virus-virus yang menyebabkan rusaknya amal.
Ikhlas memang mudah sekali diucapkan secara lisan tapi sulit diperolehnya, seperti berkata saya ikhlas beramal ini karena Allah. Ucapan yang demikian bukan berarti menunjukkan keikhlasan yang sesungguhnya, karena ikhlas bukan ucapan melainkan gerakan hati yang tulus tanpa ada tendensi apapun.

Maka dalam hal ini, dalam maqalah di atas dijelaskan bahwa salah satu ciri amal ikhlas yang diterima oleh Allah yaitu:
Pertama, amal yang kurang diperhatikan bahkan diabaikan. Kedua, amal yang diremehkan.
Seperti beramal dalam kesepian dan kesunyian yang terlepas dari perhatian makhluk sehingga dalam beramal jujur apa adanya tanpa ada rekayasa, dibuat-buat dan munculnya aneka lintasan. Pada saat melakukan amal dengan kondisi yang demikian bisa mencapai kualitas keikhlasan karena hatinya jernih. Namun untuk mencapai kualitas demikian diperlukan keistiqamahan meningkatkan kualitas amal.

Semoga kita terus bisa berlatih untuk meningkatkan kualitas keikhlasan amal kita. Sebab Allah hanya menerima amal yang dilakukan secara ikhlas, sedangkan amal yang tidak ikhlas akan menjadi sampah dan tidak memberi manfaat apapun.

Dr. Ali M. Abdillah MA
al-Rabbani Islamic Collage

0 Komentar