NU Bogor - Profesi paling gampang di dunia ini kayaknya jadi ustadz yah. Tidak perlu punya sertifikat profesi atau ijazah pesantren/madrasah/IAIN.
Anda mau jadi dokter ya harus kuliah lama dan susah. Mau jadi ekonom juga begitu. Jadi Hakim pun sama. Tapi jadi Ustadz paling gampang deh.
Sekarang artis gampang sekali berpindah peran jadi penceramah. Lulusan sekolah umum jadi da'i. Atau keturunan Nabi langsung dianggap ulama.
Sememtara itu yang ulama beneran malah dinistakan dan dicaci-maki. Yang ustadz karbitan malah diikuti umat. Ini musibah di akhir jaman.
Parahnya lagi para ustad jadi-jadian itu bukan hanya merasa paling alim soal agama tapi juga sok tahu dalam urusan kedokteran, sains, ekonomi.
Jadilah negeri kita overdosis urusan beragama. Semua masalah mau dicari jawabannya apa kata ustad. Tidak lagi dipilah-pilah sesuai bidangnya.
Masalah vaksin, bukan nanya dokter malah nanya ustad. Perempuan sulit melahirkan mau disesar malah diruqyah.
Bumi bulat atau datar bukan nanya saintis malah nanya ustad. Perempuan sulit hamil eh kata ustad gara-gara pakai pembalut, umatnya percaya.
Kalau dinasehati, jawabannya para saintis dan ilmuwan itu tengah berkonspirasi melawan Islam. Semua dianggap musuh Islam
Islam itu mengajarkan keadilan untuk menempatkan sesuatu sesuai proporsinya dan sesuai keahliannya
Tapi kalau sekarang kita bicara sesuai keahlian malah dibilang sombong. Yang penting itu aqidah katanya. Bukan ijazah berderet.
Sudah saatnya Kementerian Agama menertibkan para ustadz jadi-jadian ini. Yang mualaf atau artis dan terlanjur dianggap ustad, suruh ikut kursus keislaman
Hanya mereka yang lulus kursus keislaman dan kursus etika penceramah yang boleh dikasih ijin untuk khutbah atau tampil ceramah
Kalau ini tidak dibenahi maka siapapun bisa mengklaim jadi ustadz. Ini berbahaya. Kualitas umat tidak akan pernah naik kelas jadinya.
Arahnya bukan pada penertiban atau pembungkaman ustad tapi pada peningkatan kualitas dan standarisasi profesi penceramah
Ini semata guna meningkatkan kualitas umat agar mendapat materi ceramah yang berkualitas dan sesuai dengan konteks keindonesiaan kita
Oleh :
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
(Azizian)
0 Komentar