![]() |
Kajian Al-Hikam (39) : Cahaya Ibadah |
Kajian Al-Hikam (39)
Cahaya Ibadah
اِهْتـَدى الرَّاحِلُوْنَ بِأَنْوَارِ التـَّوَجُّهِ والواصِلوْنَ لهُمْ اَنوارُ الموَجَّهةِ ، فاَلاَوَّلُونَ لِلاََنْوَارِ وَهٰــءـولاَءِ الاَنوَارُ لهُمْ لاَنَّهُمْ للهِ لاَ لِشيءٍ دونَهُ قُلِ اللهُ ثـُمَّ ذ َرْهُمْ فى حَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ.
"Orang-orang yang berjalan menuju Allah mendapatkan hidayah yaitu pencerahan ruhani melalui nur tawajuh yaitu cahaya yang dihasilkan dari jerih payah melaksanakan ibadah. Sedangkan orang-orang yang telah sampai kepada Allah, mereka memiliki limpahan Nur Muwajahah yaitu nur Ilahi yang diperoleh langsung dari Tuhan (bukan melalui ibadah). Kelompok pertama yaitu maqamnya para salik dalam ibadahnya memperoleh cahaya batiniyah. Sementara kelompok kedua yaitu maqamnya ahli wushul dan marifah menjadi sumber cahaya karena senantiasa memandang Allah semata bukan yang lainnya. Allah berfirman, Katakanlah: Allah, kemudian tinggalkan mereka dan di dalam kesibukannya mereka bermain-main."
Jadi maqalah di atas memetakan perbedaan antara orang yang maqamnya sebagai pejalan menuju Allah (salik) dan orang yang telah sampai pada Allah (al-washil). Perbedaannya terletak pada kualitas ibadahnya. Orang yang salik melalui pengamalan ibadah (riyadhah mujahadah) baru memperoleh cahaya ilahiyah. Sementara orang yang washil pandangannya senantiasa hanya kepada Allah tanpa sedikitpun melupakan-Nya sehingga membiaskan cahaya ilahiyah. Itulah perbedaan kualitas antara salik dan washil.
Semoga kita senantiasa dibimbing oleh Allah dapat menapaki tahapan perjalanan spiritual secara istiqamah mulai dari maqam salik hingga mencapai maqam wushul ilallah.
al-Rabbani, 3 Agustus 2017
KH. Dr. Ali M Abdillah, MA
Pengasuh Ponpes Al-Rabbani
Nagrak Gunung Putri Bogor
0 Komentar