Jangan Panggil Aku "Ukhty"

NU Bogor - Oleh : Vinanda Febriani

Pernah aku disapa oleh seorang temanku melalui chatt Whatsapp. Dia adalah seorang yang tengah bekerja di Arab Saudi.
"Hallo Ukhty" sapanya kepadaku.
"Maaf, nama saya Vinanda. Bukan Ukhty" balasku.
"Lho, saya panggil Ukhty saja ya. Anda kan lebih tua dibanding saya" balasnya.

Sejak awal, aku memang tidak suka (bukan dalam artian membenci) dengan sapaan "Akhy dan Ukty". Bukan karena aku tidak mengerti bahwa itu bahasa Arab. Ya, aku mengerti dan aku faham betul. Tetapi, bisakah panggilan tersebut disesuaikan dengan budaya Indonesia?. Indonesia dengan Arab sangat berbeda dalam hal budaya. Biarkan Arab dengan budayanya dan Indonesia dengan budaya Indonesia.

Sejak kecil, orangtuaku mengajarkan kepadaku memanggil seseorang yang lebih tua dengan sapaan "Kang, Mbak, Mas, Kak" tidak dengan "Akhy Ukhty". Ustad ngajiku juga mengajarkan seperti itu, bahkan banyak Kyai yang menyapa para santrinya dengan sebutan "Mbak, Mas, Kang, Le, Yu dan lain sebagainya" karena itulah budaya sapa ala Indonesia yang perlu kita lestarikan. Karena ini di negara Indonesia bukan di negara Arab.

"Ukhty, maafkan saya" orang itu kembali mengirimkan pesan whatsappnya kepadaku
"Sudahlah, tolong jangan panggil saya Ukhty, mas. Saya lebih suka dipanggil Mbak atau jika memang umur saya lebih muda dibanding anda, maka panggilah saya dek. Bukan Ukhty. Ini Indonesia bukan Arab" jelasku kepadanya.
"Tapi Ukhty, sudah tiga tahun ini saya bekerja di Arab Saudi. Kami terbiasa memanggil saudara kami dengan sapaan "Akhy dan Ukhty" katanya.
"Mohon disesuaikan antara adat orang Indonesia dengan Arab. Jangan karena kamu terlalu lama berada di Arab kemudian pulangmu mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Arab. Itu tidak akan bisa sesuai. Indonesia ini negara yang beragam budaya. Jika kamu hendak mengubah budaya Indonesia dengan budaya Arab saudi, itu tidak akan sesuai. Sekali lagi, karena Indonesia adalah negara yang beragam kebudayaan".
"Jika memang kamu berasal dari Indonesia, maka cintailah budaya asli Indonesia. Karena itu warisan nenek moyangmu terdahulu. Jangan karena kamu terlalu lama berada dan berbaur dengan budaya di negara tetangga, hingga lupa dengan budaya negara sendiri. Jangan sampai kamu "mengkhianati" negaramu sendiri. Jika kamu tahu dikhianati itu sakit, maka jangan sekali kali kamu berkhianat, apalagi dengan negaramu sendiri".

Aku memang sering mendapat broadcast darinya sedikit mengenai budaya Arab. Terkadang aku bosan dan memakinya. "Kamu bangga dengan orang lain, tetapi tidak bangga dengan dirimu sendiri?". Artinya, dia mencintai budaya luar namun lupa, bahkan tidak perduli terhadap budaya sendiri. Itu adalah bentuk pengkhianatan besar terhadap negara ini.

Bagaimana tidak dikata berkhianat?. Seseorang dilahirkan di Indonesia, makan dan minum dari hasil alam Indonesia, menghirup udara Indonesia, menginjak bumi Indonesia. Namun sejak berpindah negara, baru beberapa tahun saja dia lupa akan sejarah, budaya, dan keberagaman asli Indoensia. Sehingga dengan beraninya dia ingin mengganti budaya khas Indonesia.

"Ukhty" sapanya merajukku untuk membalas chat Whatsappnya
"Jangan panggil aku "Ukhty".." Balasku.
Sejak saat itu, dia memanggilku dengan sapaan "Mbak" dan perlahan aku bantu ia untuk mengembalikan kembali keutuhan jati dirinya sebagai Warga Negara Indonesia.
Marilah bersama kita jaga serta lestarikan budaya asli Indonesia kalaupun hanya budaya sepele seperti sapaan "Mas, Mbak". Sebab, itulah ciri khas orang Indonesia.

0 Komentar