Khutbah Idul Fitri 1438 H

Khutbah Idul Fitri 1438 H
NU BogorOleh: Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA.

بسمالله الرحمن الرحيم

الخطبةالأولىلعيدالفطر
اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر.
الحمدللهالذىعادعلينانعمهفىكلنفسولمحاتوأسبغعليناظاهرةوباطنةفىالجلواتوالخلوات. وأشهدأنلاإلهإلااللهوحدهلاشريكلهالذىامتنعلينالنشكرهبأنواعالذكروالطاعات. وأشهدأنمحمداعبدهورسولهسيدالأنبياءوالمرسلينوسائرالبريات. اللهمصلوسلمعلىسيدنامحمدوعلىألهوأصحابهأهلالفضلوالكمالات.

اللهأكبرأمابعد: أيهاالحاضرون! هذايومالعيد. هذايومالفرح. فرحالمسلمونلتوفيقاللهإياهمباستكمالبلاءربهمبفرضالصياممعالترويحاتفرحالمسلمونبوعدربهمبغفرانمااجترحوامنالسيئاتواستحلالبعضهممنبعضفىالحقوقوالواجبات.

إخوانىالكرام! فىهذااليومحرماللهعليناالصيامبعدأنفرضهعليناجميعالشهروأخبرأنهفرضهلنكونمنالمتقين. فمنهذااليومينبغىلناأننبعثفىأنفسنابارتقائهاعلىمراتبالتقوىونهتمبدينربناحتىننالماوعدناربناحقا.

اللهأكبر ! إخوانى الكرام ! إن الله شرع لنا هذا العيد لنعود الى السمع والطاعة. ونعمل بكتابه بالجد والإجتهاد والقوة. ونبتعد عن التقصير والأعمال كماوقعفىأعوامناالماضية.

اللهأكبر. وقالتعالى: ومنأظلمممنذكربأياتربهفأعرضعنهاونسىماقدمتيداه. إناجعلناعلىقلوبهمأكنةأنيفقهوهوفىأذانهموقراوإنتدعهمإلىالهدىفلنيهتدواإذنأبدا.

اللهأكبر, إخوانىالكرام! إعلمواأناللهتعالىقدطالبنافىإقرارناأننطيعونسمع. فقالتعالىألمياءنللذينأمنواأنتخشعقلوبهملذكراللهومانزلمنالحقولايكونواكالذينأوتواالكتابمنقبلفطالعليهمالأمدفقستقلوبهموكثيرمنهمفاسقون.

اللهأكبر. قالرسولاللهصلىاللهعليهوسلم. بادروابالأعمالقبلانتظهرفتناكقطعالليلالمظلميصبحالرجلمؤمناويمسىكافراويمسىمؤمناويصبحكافرا. يبيعأحدهمدينهبعرضقليلمنالدنيا. رواهمسلمعنأبىهريرة

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan puja kehadirat Allah Swt. karena pada pagi hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat Ied, setelah sebelumnya kita diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah puasa. Mudah-mudahan kita dapat mensyukuri karunia ini dengan sungguh-sungguh, khususnya karunia kesehatan dan kebahagiaan.

Hari ini kita masuk ke bulan Syawal dan merayakan Idul Fitri. Hari ini kita kembali kepada fitrah yang suci, kembali kepada lembaran yang bersih. Semuanya ini dalam rangka meningkatkan takwa kita. Membersihkan hati kita ini semata-mata hanyalah ibadah kepada Allah Swt. Dalam sebuah kata-kata hikmah dikatakan: “Laisa al-‘id li man yalbasu al-jadid, wa innama al-‘id li man taqwahu yazid”, yang berarti bukanlah disebut hari raya itu hanya untuk orang yang berpakaian baru saja, atau alat perabot rumah tangga yang baru saja. Tapi, yang dinamakan hari raya itu adalah bagi orang yang bertambah taatnya kepada Allah Swt. Selain melestarikan hablun minallah, Idul Fitri ini juga berfungsi sebagai sarana hablun minan nas.

Menghayati inti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. dan menyadari persoalan bangsa yang pada saat ini serta memperhatikan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam membangun masyarakat yang damai dan sejahtera melalui ajaran Islam (Islam tamaddun), maka dalam suasana Idul Fitri ini akan tepat kiranya jika kita gunakan sebagai momentum untuk membangun Indonesia ke depan yang lebih cerah. Puasa dan Idul Fitri sudah seharusnya dijadikan sebagai momentum untuk membangun gerakan kebangkitan bangsa ke depan, bukan sekedar ritual atau banalitas tahunan bagi umat Islam.

Puasa dan Idul Fitri seyogyanya mampu melahirkan persepsi dan kesadaran yang benar terhadap persoalan bangsa yang sesungguhnya. Persoalan bangsa Indonesia yang kita hadapi sekarang ini sesungguhnya, bukanlah sebatas menyangkut satu bidang misalnya masalah ekonomi atau seperti yang dilontarkan banyak pengamat, kita tengah mengalami krisis enerji dan pangan, melainkan lebih mendasar dan luas dari sebatas itu. “Laisa minna ma lam yahtamma bi amril muslimin”, bahwa tidak termasuk umatku mereka yang tidak peduli terhadap urusan umat Islam.

Memang membangun ekonomi adalah penting, akan tetapi bukanlah segala-galanya. Bangsa yang berperadaban tinggi selalu dibangun di atas dasar keyakinan, jiwa atau spritualitas yang dalam serta akhlak yang luhur. Keadaan ekonomi yang kurang baik, di tengah-tengah negeri yang subur seperti Indonesia, sesungguhnya merupakan akibat dari lemahnya iman, spritualitas, keterbatasan ilmu dan akhlak yang disandangnya. Betapa pentingnya aspek-aspek ini untuk membangun peradaban, maka ayat-ayat al-Quran pada fase awal yang diterimakan kepada Rasulullah adalah menyangkut ilmu pengetahuan (yakni dalam bentuk perintah membaca, Iqra’), larangan berbuat angkara murka dan sebaliknya, beliau diperintah untuk membangun akhlaq yang mulia (bu’itstu li utammima makarimal akhlaq). Dikatakan bahwa “ad-dinu husnul khulq” bahwa agama identik dengan kebaikan budi pekerti.

Puasa dan Idul Fitri harus mampu membangkitkan jiwa optimisme yang kuat terhadap kehidupan hari esok yang lebih baik. Akhir-akhir, muncul dari kalangan luas rasa pesimisme yang berkelebihan terhadap keadaan negeri ini. Barangkat dari suasana pesimisme itu, bangsa ini dilabeli dengan identitas yang sedemikian rendah, seperti disebutnya sebagai bangsa yang terpuruk, bangsa korup, bangsa yang carut marut, bangsa yang berada pada titik nadir dan istilah-istilah lain yang kurang sedap. Istilah-istilah seperti itu bisa jadi akan melahirkan mental bangsa yang inferior, (‘adamu ats-tsiqah) tidak percaya diri dan selalu berharap pada uluran pertolongan bangsa lain. Bangsa Indonesia sesungguhnya tidak semalang itu.

Sebaliknya, bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang beruntung, memiliki tanah kepulauan yang luas lagi subur, samudera dan lautan yang luas, aneka tambang, serta penduduk berjumlah besar. Semua itu adalah karunia Allah, yang seharusnya selalu disyukuri dan dijadikan modal untuk membangun kemakmuran bersama.

Puasa dan Idul Fitri agar bermakna terhadap upaya menjadikan Indonesia bangkit, harus mampu melahirkan sikap solidaritas sosial atau kemauan berjuang dan berkorban yang tinggi. Membangun bangsa tidak akan berhasil jika tidak terdapat orang-orang yang rela berjuang dan berkorban. Sejarah bangsa ini membuktikan secara jelas tentang hal itu. Indonesia berhasil meraih kemerdekaan dari penjajah, adalah sebagai buah dari adanya kesediaan para pejuang termasuk di garda depan adalah peran para ulama-ulama kita yang ikhlas mengorbankan apa saja yang ada padanya. Demikian pula, Rasulullah Muhammad Saw. tidak akan mampu mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat madani yang damai dan berperadaban jika tidak ditempuh melalui perjuangan dan pengorbanan yang berat.

Dan selaras dinamika yang ada, pemerintah sudah seharusnya untuk terus menerus memegang teguh pada prinsip memperjuangkan kemakmuran dan kemahslahatan rakyat. Dalam kaidah fikih dikatakan, “tasharruf al-imam ‘ala ar-ra’iyyah manuthun bi al-mashlahah,” bahwa kebijakan pemerintah wajib ditaati selama kebijakan tersebut berpijak pada kebijakan yang memberikan kebaikan bagi banyak rakyat. Imam Syafi’i menggambarkan hubungan rakyat dan penguasa ibarat hubungan wali dengan anak yatim.

Puasa dan hari raya Idul Fitri selayaknya melahirkan sifat-sifat profektif, seperti amanah, ‘adalah, istiqamah dan salam. Sifat-sifat itu sangat diperlukan untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan maju. Lebih daripada itu, puasa dan Idul Fitri seharusnya berhasil melahirkan suasana batin yang pandai bersyukur, ikhlas, tawakkal dan istiqamah. Di sinilah, pentingnya memahami dan meresapi kata-kata “ad-dinu huwa an-nashihah lillahi wa li rasulihi wa lil mu’minin”, bahwa agama ada nasehat.

Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah. Akhirnya, melalui momentum Idul Fitri ini, marilah kita bersama-sama menyadari betapa pentingnya semua komponen bangsa ini bersigap dan bertekad untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam membangun bangsa. Demikian juga, NU sebagai organisasi Islam terbesar di negeri ini, yang diakui telah memberikan corak bagi khazanah keberagamaan, sosial, politik dan budaya di Indonesia, tentu saja akan berupaya semaksimal mungkin untuk turut memikirkan dan menindaki dalam rangka membangun Indonesia yang lebih maju dan beradap. NU menyadari sepenuhnya bahwa upaya membangun bangsa bukan sekedar memakmurkan secara fisik, melainkan yang terpenting adalah membangun peradaban (tsaqafah wa al-hadharah). Hal ini demi terwujudnya impian Indonesia menjadi “negeri yang berperadaban adiluhung” (madinah al-fadhilah).

باركاللهلىولكمفىالقرآنالعظيمونفعنىوإياكمبفهمهإنههوالبرالرحيم

الخطبةالثانيةلعيدالفطر

اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر, اللهأكبر.

الحمدللهأفاضنعمهعليناوأعظم. وإنتعدوانعمةاللهلاتحصوها, أشهدأنلاإلهإلااللهوحدهلاشريكله. أسبغنعمهعليناظاهرهاوباطنهاوأشهدأنمحمداعبدهورسوله. رسولاصطفاهعلىجميعالبريات. ملكهاوإنسهاوجنّها. اللهمصلوسلمعلىسيدنامحمدوعلىألهوأصحابهأهلالكمالفىبقاعالأرضبدوهاوقراها, بلدانهاوهدنها.

اللهأكبرأمابعد: إخوانىالكرام! استعدوالجوابربكممتىتخشعلذكراللهمتىنعملبكتابالله؟قالتعالىياأيهاالذينأمنوااستجيبواللهولرسولهإذادعاكملمايحييكمواعلمواأناللهيحولبينالمرءوقلبهوأنهإليهتخشرون.

اللهأكبر. اللهمصلعلىسيدنامحمدوعلىألسيدنامحمد. كماصليتعلىإبراهيموعلىألإبراهيم, وباركعلىمحمدوعلىألمحمد, كماباركتعلىإبراهيموعلىألإبراهيمفىالعالمينإنكحميدمجيد.

اللهأكبر. اللهماغفرللمسلمينوالمسلماتوالمؤمنينوالمؤمناتالأحياءمنهموالأموات. إنكسميعقريبمجيبالدعواتوقاضىالحاجات. اللهموفقنالعملصالحيبقىنفعهعلىممرالدهور. وجنبنامنالنواهىوأعمالهىتبور. اللهمأصلحولاةأمورنا. وباركلنافىعلومناوأعمالنا. اللهمألفبينقلوبناوأصلحذاتبيننا. اللهماجعلنانعظمشكرك. ونتبعذكركووصيتك. ربناأتنافىالدنياحسنةوفىالأخرةحسنةوقناعذابالنار. ربنالاتزغقلوبنابعدإذهديتناوهبلنامنلدنكرحمةإنكأنتالوهاب.

اللهأكبر. عبادالله! إناللهيأمربالعدلوالإحسانوإيتاءذىالقربىوينهىعنالفحشاءوالمنكر. يعذكملعلكمتذكرون. فاذكروااللهيذكركمواشكرواعلىنعمهيشكركم. ولذكراللهأكبر

(Sumber: NU-Online)

0 Komentar