Dua hari yang lalu saya berkesempatan untuk bersilaturahmi ke rumah seorang bapak yang bekerja sebagai tukang becak. Rumahnya ini tidaklah mewah dan glamour. Hanya rumah sederhana dengan tembok yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah mulai rapuh termakan usia.
Bapak ini memiliki dua anak yang kebetulan sudah baligh dan dewasa. Keduanya mengenyam pendidikan tinggi Universitas dan mendapatkan banyak beasiswa.
Saya banyak belajar untuk lebih bersabar dari Bapak ini. Sudah lebih dari 27 tahun Bapak ini bekerja sebagai tukang becak. Penghasilannya tak seberapa, hanya cukup untuk uang makan saja. Bapak ini selalu bersyukur kepada Allah SWT. Buktinya, beliau bisa menyekolahkan ke-dua anaknya hingga ke Universitas dan juga mendapat tawaran beasiswa berprestasi. Semua ini berkat tekad dan kesabaran Bapak dan keluarga ini. "Kebutuhan keluarga kami, Alhamdulillah selalu cukup nikmat. Tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih, semuanya dicukupkan oleh Allah SWT. Dan kami bersyukur, Allah Maha Pemberi Nikmat dan Kasih sayang kepada makhluk Ciptaan-Nya".
Belajarlah bersabar dari tukang becak, kawan. Lihatlah para tukang becak, apakah ada tukang becak berpakaian mewah? tidak, mereka berpakaian biasa, sederhana. Mereka hidup di jalanan, mencari penumpang berjam-jam yang tak pasti. Mereka hidup di jalanan, terkena sinar matahari, kepanasan dan selalu dilatih untuk bersabar. Sehingga, mereka lebih dekat dengan Tuhan karna mereka "Sabar".
"Saya banyak belajar sabar dari profesi saya sebagai tukang becak. Penumpang tak setiap hari ada, mereka lebih memilih meng-ojek dibanding menaiki gerobag becak sederhana saya. Allah benar-benar mengabulkan do’a saya. Memang benar, Allah bersama orang-orang yang sabar, sabar dengan segala cobaan yang diberikan oleh-Nya. Benar kata para Ulama, Gusti Allah Mboten Sare, Allah mendengar do’a kita, Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Maka, berdo’alah dan berprasangka baiklah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar segala perkataan dan do’a kita, Allah maha adil pada Hamba-Nya yang bersabar".
"Saya juga menanamkan kesabaran kepada anak-anak saya, saudara saya dan semua orang yang dekat dengan saya. Terkadang di sekolah, anak saya selalu diliputi rasa iri dengan teman-teman sebayanya. Karna hidup mewah dan serba kecukupan, saya hanya bisa menenangkan hatinya dengan menyuruhnya berwudhu kemudian perbanyak membaca Al-Qur’an dan shalat sunnah malam. Saya juga selalu menanamkan prinsip "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian" kepada diri saya sendiri, keluarga dan anak-anak saya. Supaya mereka mau bersabar dan selalu giat mencoba dan berusaha. Supaya hidup lebih bermanfaat, sukses dunia dan Akhirat, Insya Allah". Lanjut Bapak itu.
Ya, Bapak ini memang sangat sederhana kehidupannya. Namun sungguh, kesabarannya sangat luar biasa, saya sangat kagum dengan Bapak ini. Biarpun penghasilan hanya biasa (tidak banyak) namun kesabaran yang membuat hidupnya menjadi luar biasa. Mari belajar dari Bapak tukang becak. Belajar untuk bisa selalu bersabar dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun kondisinya. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.
Borobudur 25 Juni 2017.
0 Komentar