![]() |
Kajian al-Hikam (15) : Bersandar pada Amal |
Kajian al-Hikam (15)
Bersandar pada Amal
Ù…ِÙ†ْ عَلاَ Ù…َØ©ِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَÙ„َÙ‰ الْعَÙ…َÙ„ِ، Ù†ُÙ‚ْصَانُ الرَّجَاءِ عِÙ†ْدَ Ùˆُجُـودِ الزَّ لــَـلِ
"Sebagai tanda-tanda orang yang bersandar pada amal yaitu berkurangnya harapan saat mengalami kegagalan."
Maqalah diatas menjelaskan bahwa jangan sampai dalam beribadah bersandar pada amalnya sendiri pasti akan kecewa saat terjadi kegagalan. Seperti orang yang sedang melaksanakan shalat malam, shalat dhuha, dzikir dan berdoa, namun dalam batinnya terlintas bahwa amal2 tsb mampu menyelesaikan semua masalah, mampu mengantarkan meraih sukses, dapat membuka pintu marifah. Jika masih terselip lintasan bersandar pada amalnya, maka disaat harapannya tidak terwujud, masalahnya tidak selesai, tidak segers meraih sukses, tidak kunjung marifah, maka akan merasakan kekecewaan yg mendalam, sehingga kehilangan harapan dan optimisme dalam hidupnya. Hal ini diakibatkan karena salah niat dalam beramal yaitu bersandar pada amal. Karena itu, beramalah yg diniati semata2 karena Allah, pasrahkan semua persoalan hidup kepada yang Maha Hidup, lakukan usaha,ikhtiar dan doa yang disertai tawakal kepada Allah. Dengan demikian, hati akan legowo menerima apapun keputusan Allah, karena yakin bahwa itulah yang terbaik menurut Allah, sehingga akan terus bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
al-Rabbani 26/4/17
Maqalah diatas menjelaskan bahwa jangan sampai dalam beribadah bersandar pada amalnya sendiri pasti akan kecewa saat terjadi kegagalan. Seperti orang yang sedang melaksanakan shalat malam, shalat dhuha, dzikir dan berdoa, namun dalam batinnya terlintas bahwa amal2 tsb mampu menyelesaikan semua masalah, mampu mengantarkan meraih sukses, dapat membuka pintu marifah. Jika masih terselip lintasan bersandar pada amalnya, maka disaat harapannya tidak terwujud, masalahnya tidak selesai, tidak segers meraih sukses, tidak kunjung marifah, maka akan merasakan kekecewaan yg mendalam, sehingga kehilangan harapan dan optimisme dalam hidupnya. Hal ini diakibatkan karena salah niat dalam beramal yaitu bersandar pada amal. Karena itu, beramalah yg diniati semata2 karena Allah, pasrahkan semua persoalan hidup kepada yang Maha Hidup, lakukan usaha,ikhtiar dan doa yang disertai tawakal kepada Allah. Dengan demikian, hati akan legowo menerima apapun keputusan Allah, karena yakin bahwa itulah yang terbaik menurut Allah, sehingga akan terus bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
al-Rabbani 26/4/17
Dr. KH. Ali Abdillah, MA
0 Komentar